Dasar Teori Difusi dan Osmosis

Menurut (loveless,1991: 135), jika suatu zat dapat bergerak bebas tanpa hambat oleh gaya tarik, maka jangka waktu tertentu partikel-partikel itu akan tersebar merata dalam ruang yang ada. Sampai distribusi merata seperti itu terjadi, akan terdapat lebih banyak partikel yang bergerak dari daerah tempat partikel itu lebih pekat ke daerah yang partikelnya kurang pekat, lalu terjadi sebaliknya, dan secara menyeluruh gerakan partikel pada arah tertentu disebut difusi. Difusi dapat terjadi pada materi padat, cair dan gas. Menurut (Yatim, 1996:202), melihat kepada ada tidaknya pembawa (carrier) pada membran maka difusi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu difusi bebas dan difusi terikat. Difusi bebas ialah difusi zat tanpa kemudahan dari protein pembawa pada membran. Sedangkan difusi terikat ialah difusi yang dipermudah atau diberi fasilitas oleh protein pembawa dalam membran.
Difusi merupakan proses fisik yang dapat diamati dengan beberapa tiap molekul. Sebagai contoh, ketika cat warna di tempatkan dalam air molekul zat warna dan molekuair bergerak dalam berbagai arah, yang arahnya dari daerah dengan konsentrasi lebih rendah. Akhirnya, zat warna larut dalam air, menghasilkan larutan berwarna (Rachmadiarti, 2007:69). Kecepatan difusi tergantung pada kekompakan partikel yang menyusunnya. Pada medium cair kita kenal adanya dua macam kepekatan larutan yaitu hipertonik dan hipotonik.
(Lelono, 2002:22)
Sedangkan menurut (Suryadi, 2011), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi, yaitu:
1.     Ukuran partikel.semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu bergerak, sehingga kecepatan difusi tinggi.
2.     Ketebalan membran. Semakin tebal membran semakin lambat kecepatan difusi.
3.     Luas suatu area. Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.
4.     Suhu. Semakin tinggi suhunya, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan lebih cepat. Maka semakin cepat pula kecepatan difusinya.
5.     Jarak. Semakin besar jarak antara dua konsentrasi semakin lambat kecepatan difusinya.
6.     Perbedaan konsentrasi, makin besar perbedaan konsentrasi antara dua bagian, makin besar proses difusi yang terjadi
Pada hakikatnya osmosis adalah suatu proses disfusi. Para ahli kimia mengatakan bahwa osmosis adalah difusi dari tiap pelarut melalui suatu selaput yang permeabel secara diferensiasial. Dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi rendah.  Perlu di tekankan bahwa konsentrasi disini, adalah konsentrasi pelarutnya, yaitu air dan bukan konsentrasi dari zat yang larut (molekul, ion) dalam air itu. Pertukaran air antara sel dan lingkungannya adalah suatu faktor yang begitu penting sehingga memerlukan suatu penamaan khusus yaitu osmosis (Kimbal, 1983:123). Proses osmosis berbeda dengan difusi karena yang berpindah adalah zat pelarutnya semisal air dan alkohol.
(Lelono, 2002:22)
Tekanan osmotik adalah kekuatan yang disebabkan air yang bergerak pada semua arah (Rachmadiarti, 2007:71). Dalam keadaan biasa sel menjaga suasana yang isotonis dengan cairan medium. Sel hidup selalu berupaya untuk menjaga tekana osmosanya sesuai dengan cairan medium. Jika ada gangguan pada tekanan osmosa itu sel pun akan rusak. Upaya menjaga tekanan osmosa ini tergolong pada sifat homostasis. Kalau elektrolit orang dimasukkan ke dalam larutan garam yang hipertonis terhadap sitoplasma elektrolit itu, maka air kan merembes keluar, sehingga terjadi pengerutan. Berkerutnya sel oleh keluarnya air disebut krenasi. Kalau eritrosit dimasukkan ke dalam larutan yang hipotonis terhadap sitoplasma eritrosit, air merembes masuk, sehingga sel menjadi menggelembung, akhirnya pecah (mengalami lisis). Peristiwa ini di sebut haemolysis (haem = darah, haemoglobin, lysis = pecah, hancur). Kalau bukan eritrolit yang pecah oleh larutan hipotonis, secara umum disebut cytolyssis (cyto = sel).
(Yatim, 1996:205-206)
Dua faktor penting yang mempengaruhi osmosis adalah: Kadar air dan materi terlarut yang ada di dalam sel. Osmosis adalah gerakan suatu materi, misalnya air melintasi suatu selaput atau membran. Air selalu bergerak melewati membran ke arah sisi yang mangandung jumlah materi terlarut paling banyak dan kadar air paling sedikit. Dalam percobaan ini, materi terlarut adalah garam. Garam dan air adalah dua dari bahan-bahan kimia yang ada pada kentang. Irisan-irisan kentang yang diletakkan dalam mangkuk air tawar akan mempunyai kadar air semula ditambah dengan air dari mangkuk yang masuk ke dalam irisan melalui membran sel.
Perbedaan antara difusi dan osmosis adalah, pada proses osmosis ditandai adanya pergerakan molekul yang melewati membran hidup dan ini hanya terjadi secara alami pada materi hidup. Berbeda dengan proses difusi yang dapa terjadi baik pada benda hidup maupun tak hidup (Lelono, 2002:23). Guna sel membran adalah sebagai transpor (pemasukan dan pengeluaran) bahan-bahan makanan dan sisa makanan dalam sel. serta memberi bentuk sel. Bahan yang penting dalam sel membran yang berguna untuk transpor adalah fosfolipid.
(Alkatiri, 1996:13)


DAFTAR PUSTAKA
Alkatiri, Saleh. 1996. Kajian Ringkas Biologi. Surabaya: Airlangga University Press
Halliday dan Resnick. 1991.  Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Kimbal, John W. 1983. Biologi Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Loveless, A.R. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik 1. Jakarta: Gramedia
Parjatmo,Widjojo. 1987. Biologi Umum 1. Jakarta: Angkasa
Rachmadiarti, Fida. 2007. Biologi Umum. Surabaya: Unesa University Prees
Suryadi. 2011. Difusi osmosis. http://blogs.unpad.ac.id (dikses tanggal: 31 Oktober 2015 )
Yatim, Wildan. 1996. Biologi Modern Biologi Sel. Bandung: Tarsito

Related Posts:

Dasar teori rangkaian seri

Yang dimaksud  rangkaian seri adalah suatu penyusunan komponen-komponen  di mana semua  arus mengalir melewati  komponen-komponen tersebut  secara  berurutan. Rangkaian  paralel  adalah  suatu  penyusunan komponen-komponen  di  mana  arus terbagi  untuk  melewati  komponen-komponen secara serentak. Sakelar adalah peranti, biasanya mekanis, yang digunakan untuk menyambung atau memutus rangkaian
(Stockley,2007: 64)
Ketika dua atau lebih resisitor dihubungkan dari ujung ke ujung seperti pada gambar berikut 
Dikatakan mereka dihubungkan secara seri. Resistor-resistor tersebut bisa merupakan resistor biasa, atau dapat berupa bola lampu, elemen pemanas, atau alat penghambat lainnya. Muatan yang melalui R1 pada gambar diatas juga akan melewati R2 dan kemudian R3. Dengan demikian arus I  yang sama melewati resistor (Jika tidak, hal ini berarti bahwa muatan terakumulasi pada beberapa titik rangkaian, yang tidak terjadi dalam keadaan stabil).

Hambatan pengganti untuk rangkaian seri adalah :
Rek = R1 + R2 + R3
(Giancoli, 2001 : 95-97)
Hambatan adalah kemampuan benda untuk menahan aliran arus. Nilainya bergantung pada hambat jenis bahan penyusun benda, bentuk dan ukuran benda. Satuan hambatan adalah ohm (O). Resistor adalah alat yang mempunyai nilai hambatan tertentu. Tahanan dapat mempunyai nilai kurang dari 1 ohm sampai jutaan ohm. Jenis yang paling umum adalah tahanan karbon.
(Stockley,2007: 62)
Dua atau lebih resistor yang dihubungkan sedemikian rupa sehingga muatan yang sama harus mengalir melalui keduanya dikatakan bahwa resistor itu terhubung secara seri. Karena muatan tidak terkumpul pada satu titik dalam kawat yang dialiri arus konstan, jika suatu muatan ?Q mengalirke R1 selama interval waktu tertentu, sejumlah muatan ?Q harus mengalir keluar R2 selama interval yang sama. Kedua resistor haruslah membawa arus I yang sama. Resistansi ekivalen untuk resistor yang tersusun seri adalah penjumlahan resistansi awal.
(Tipler, 1998: 154-155)
Dalam banyak pemakaian, kita jumpai sumber tegangan, dan beberapa buah resistor yang dihubungkan dengan cara tertentu. Rangkaian seperti ini dikatakan membentuk suatu jaringan. Jaringan paling sederhana, yaitu sumber tegangan dan sebuah resistor yang dihubungkan berturutan.
Kebanyakan rangkaian listrik tidaklah hanya terdiri dari beberapa sumber tegangan dan resistor yang dihubungkan seri. Dalam praktek, hubungan antara beberapa komponen listrik seringkali komplek.
Resistor terdapat dalam semua jenis rangkaian. Rangkaian tersebut serng kali memiliki beberapa resistor, sehingga wajar untuk meninjau gabungan resistor. Bila beberapa elemen rangkaian disambungkan dalam barisan dengan hanya sebuah lintasan arus tunggal diantara titik-tik itu, kita mengatakannya bahwa elemen-elemen rangkaian itu disambungkan seri. Untuk setiap resistor yang mneyediakan sebuah lintasan alternatif diantara-titik-titik itu elemen-elemen rangkaian itu disambung paralel, selisih potensial adalah sama melalui setiap elemen.
Untuk sembarang gabungan resistor kita selalu dapat mencari sebuah resistor tunggal yang dapat menggantikan gabungan itu dan menghasilkan arus total dan selisih potensial yang sama. Hambatan tunggal dari resistor ini dinamakan hambatan ekuivalen (equivalent resistance) dari gabungan itu.
Hambatan ekuivalen dari sebarang banyaknya resistor seri sama dengan jumlah hambatan-hambatan individunya. Hambatan ekuivalen itu lebih besar daripada setiap hambatan individu. Jika resistor-resistor itu paralel, untuk sebarang banyaknya resistor paralel, kebalikan hambatan ekuivalen sama dengan jumlah kebalikan-kebalikan dari hambatan-hambatan individunya. Hambatan ekuivalen itu selalu lebih kecil daripada hambatan individu untuk kasus khusus dua resistor paralel.
(Hugh D Young dan Roger A Freedman, 2004: 257-25)
Resistor terdapat dalam semua jenis rangkaian. Rangkaian tersebut seringkali memiliki beberapa resistor. Sebuah contoh sederhana adalah serentetan bola lampu  yang digunakan untuk dekorasi liburan, dengan setiap bola bertindak sebagai resistor. Bila beberapa elemen rangkaian disambung dalam berisan dengan hanya sebuah sebuah lintasan arus tunggal diantara titik-titik itu, kita mengatakan bahwa elemen-elemen rangkaian itu disambung seri. Setiap resistor menyediakan sebuah lintasan alternatif diantara titik-titik untuk elemen-elemen rangkaian yang disambung paralel.
Untuk sembarang Arus dapat dideteksi dengan menempatkan magnet yang digantung dekat kawat berarus dan mengamati penyimpangan kawat tersebut. Gagasan ini dapat dikembangkan untuk menghasilkan alat (meteran) yang dapat menunjukkan penyimpangan pada skala sesuai dengan kekuatan arusnya. Alat pengukur arus pada dapat diubah untuk mengukur beda potensial kemudian.
Ammeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur arus. Termasuk dalam jenis galvanometer kumparan bergerak, yang dirancang sedemikian sehingga arus tertentu yang menghasilkan penyimpangan skala penuh, yaitu penunjuk skala bergerak ke posisi maksimum. Untuk mengukur arus yang lebih tinggi, sebuah shunt ditambahkan, arus yang lebih besar akan menghasilkan penyimpangan skala penuh pada skala yang baru.
Voltmeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur beda potensial antara dua titik. Merupakan sebuah galvanometer antara dua titik tersebut yang memiliki hambatan tinggi yang disusun seri. Beda potensial tertentu akan menghasilkan arus untuk penyimpangan skala penuh. Untuk mengukur beda potensial yang lebih tinggi, multiplier harus ditambahkan.
(Stockley,2007: 77)

DAFTAR PUSTAKA
Giancoli, douglas C. 2001. Fisika Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Stockley, Corinne dkk. 2007. Kamus Fisika bergambar. Jakarta : Erlangga
Sutrisno. 1979. Fisika dasar seri listrik magnet dan termofisika listrik. Bandung: ITB
Tipler, Paul A. 1998. Fisika Untuk Sains dan teknik Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Young dan Freedman. 2004. Fisika Universitas Edisi 10 Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Related Posts:

Dasar teori pembentukan bayangan pada lensa


Lensa adalah suatu medium transparan yang dibatasi oeh dua permukaan melengkung (sferis), meskipun satu dari permukaan melengkung lensa itu dapat merupakan bidang datar. Karena itu suatu gelombang datang mengalami pembiasan ketika melewati lensa tersebut. Untuk menyederhanakan dianggap bahwa medium di kedua sisilensa tersebut adalah sama dan mempunyai indeks bias satu (seperti udara) dan indeks bias lensa adalah n. Juga akan diperhatikan hanyalah lensa-lensa tipis, yaitu lensa-lensa yang ketebalannya sangat kecil dibanding jari-jarinya.
(Halliday,1996)

Sumbu utama sebuah lensa adalah garis yang ditentukan oleh dua pusat C1 dan  C2 dimana sinar datang dipermukaan pertama dibiaskan sepanjang sinar. Jika diteruskan akan melewati sumbu utama dan karena itu merupakan bayangan yang dihasilkan oleh permukaan pembiaspertama.
Jarak benda dan jarak bayangan dapat diukur dari O1 atau O2, tetapi jika lensanya sangat tipis, ketebalan 0.02 dapat diabaikan dan semua jarak diukur dari titik pusat yang sama, O. Dan pada pembiasan kedua di Q menjadi BQ, Q merupakan bayangan akhir P, Untuk mengeliminasi Q' dengan menggabungkan persamaan pertama dan kedua. Fokus benda (f0)adalah posisi benda dimana sinar-sinar keluar sejajar dengan sumbu utama setelah melewati lensa. Jarak f0 dari lensa disebut panjang fokus benda yang dilambangkan dengan f, sehingga persamaan panjang fokus lensa Dengan persamaan ini, jika f ditentukan secara eksperimen maka digunakan sebuah lensa tanpa perlu mengetahui indeks bias atau jari-jarinya. Pada sebuah lensa tipis kedua fokus terletak simetris pada sebuah sisi. Jika f (+) lensanya disebut konvergen dan jika (-) disebut divergen. 
(Arkundato, 2007)

Lensa adalah medium pembias yang dibatasi oleh dua permukaan. Jadi pembentukan bayangan olehnya terjadi melalui pembiasan ganda pada bidang batas yang satu dan bidang batas yang lain. Karena itu, gelombang datang mengalami dua pembiasan ketika melewati lensa. Bayangan yang dibentuk oleh permukaan pertama merupakan objek bagi permukaan kedua. Agar sederhana, medium diluar lensa diasumsikan memiliki indeks bias yang sama dan indeks bias lensa diambil sama dengan.
(Soedojo, 1992)

Lensa adalah benda yang dibuat dari bahan optik transparan (biasanya kaca) yang membentuk permukaan-permukaan cembung atau cekung. Berdasarkan bentuk lensa ini maka sebuah sinar setelah melalui lensa akan dikumpulkan di suatu titik atau di sebar. Semua efek-efek yang diperlihatkan lensa adalah karena bentuk permukaan dan juga karena indeks bias yang dimilikinya. Kita dapat menganalisis lensa menurut rumus pembiasan pada bidang melengkung sebelumnya. Lensa tipis adalah sebueh lensa yang ketebalannya dapat diabaikan jika dibandingkan jarak fokus lensa ke objek atau bayangan yang terjadi.
(Sutrisno, 1984)

DAFTAR PUSTAKA
Arkundato, A. 2007. Fisika Dasar. Jakarta : Universitas Terbuka.
Halliday dan Resnick. 1996. Fisika Dasar Jilid II. Jakarta : Erlangga.
Soedojo, P. 1992. Ilmu Fisika. Jogyakarta : Universitas Gajah Mada.
Sutrisno. 1984. Seri Fisika Dasar. Bandung : Institut Teknologi Bandung

Related Posts:

Dasar Teori Pemantulan dan Pembiasan

Cahaya merupakan salah satu bentuk gelombang elektromagnetik yang memiliki sifat mendua. Disatu sisi cahaya merupakan gelombang namun disisi lain cahaya memiliki sifat seperti sebuah partikel. Salah satu sifat cahaya sebagai gelombang adalah dapat mengalami pemantulan (refleksi) sedangkan salah satu sifat cahaya sebagai partkel adalah cahaya dapat mengalami peristiwa tumbukan.
(Herman, 2015 : 39)

Ketika sebuah berkas cahaya mengenai sebuah permukaan bidang batas yang memisahkan dua medium yang berbeda, seperti sebuah permukaan udara kaca, energi cahaya dipantulkan dan memasuki medium kedua, perubahan arah dari sinar yang ditransmisikan disebut pembiasan.
(Tipler,2001: 446)

Ketika gelombang dari tipe apapun mengenai sebuah penghalang datar seperti misalnya sebuah cermin, gelombang-gelombang baru dibangkitkan dan bergerak menjauhi penghalang tersebut. Fenomena ini disebut pemantulan. Pemantulan terjadi pada bidang batas antara dua medium yang berbeda seperti misalnya sebuah permukaan udara kaca, dalam kasus dimana sebagian energy datang dipantulkan dan sebagian ditransmisikan. Sudut antara sinar datang dengan garis normal (garis tegak lurus permukaan) sisebut sudut datang, bidang yang dibatasi oleh dua garis ini disebut sudut datang. Sinar yang dipantulkan terletak di dalam bidang datang tersebut dan membentuk sudut dengan garis normal yang sama dengan sudut datang. Hasil ini dikenal dengan hukum pemantulan. Hukum pemantulan berlaku untuk semua jenis gelombang.
(Tipler, 2001 : 442)

Berdasarkan eksperimen, diperoleh hukum-hukum mengenai refleksi dan refraksi sebagai berikut:
  1. Sinar yang direfleksikan dan dairefraksikan terletak pada satu bidang yang dibentuk oleh sinar datang dan normal bidang batas di titik darang yaitu bidang.
  2. Untuk refleksi 
  3. Untuk refraksi 
Dengan n21 adalah konstanta yang disebut indeks refraksi (indeks bias) dari medium 2 terhadap medium 1. Berikut tabel yang menunjukkan indeks refraksi beberapa bahan terhadap vakum untuk panjang gelombang (cahaya natrium) (589 nm =5890A).
Hukum refleksi telah dikenal oleh Euclides.Hukum refraksi diperoleh secara eksperimen oleh Willebrod Snell (1591-1626) dan diturunkan melalui teori korpuskuler cahaya oleh Rene Descartes (1596-1650).Hukum refraksi ini dikenal sebagai Hukum Snell, atau (di Perancis) dikenal sebagai Hukum Descartes.
(Halliday, 1978: 608-609)

Kajian eksprimental mengenai arah sinar masuk, sinar yang direflesikan, dan sinar yang direfraksikan pada antarmuka yang halus di antara dua material optic memunculkan smpulan-simpulan sebagai berikut : 
  1. Sinar yang masuk, sinar yang direfleksikan, dan sinar yang direfraksikan dan normal terhadap permukaan  semuanya terletak pada bidang yang sama. Bidang dari ketiga sinar itu tegak lurus terhadap bidang permukaan batas diantara kedua material tersebut. Kita selalu menggambarkan diagram sinar sehingga sinar masuk, sinar yang direfleksikan, dan sinar yang direfraksikan berada dalam diagram.
  2. Sudut refleksi 𝜃𝑟 sama dengan sudut masuk 𝜃 untuk semua panjang gelombang dan untuk setiap pasangan material. 𝜃𝑟 = 𝜃a (hukum refleksi). Hubungan ini, bersama-sama dengan pengamatan bahwa sinar masuk dan sinar yang direfleksikan dan normal. Semuanya terletak pada bidang yang sama yang dinamakan hukum refleksi (law of reflection). 
  3. Untuk cahaya monokromotik dan untuk sepasang material yang diberikan a dan b, pada sisi sisi yang berlawanan dari antarmuka itu, rasio dari sinus sudut 𝜃 dimana kedua sudut tu diukur dar normal terhadap permukaan , sama dengan kebalikan dari rasio kedua indeks refraksi :

Hukum eksprimen ini bersama-sama dengan pengamatan bahwa sinar masuk dan sinar yang direfraksikan dan normal semuanya terletak pada bidang yang sama dinamakan hukum refraksi (law of refraction) atau Hukum Snellius (Snell's law).  
Jika cahaya terpantul  keluar sebuah permukaan batas dimana ni < nt , proses tersebut disebut pantulan eksternal, jika ni > nt maka proses tersebut merupakan pantulan internal. Misalnya cahaya melintasi sebuah medium denganindeks bias yang lebih tinggi ke medium dengan indeks bias yang lebih rendah. Sebagian dari cahaya yang datang dibiaskan dan sebagian dipantulkan pada batas. Karena 𝜃 harus lebih besar.
(Young, 2003 : 499)

Misalkan sinar cahaya dari medium yang rapat secara optis (katakanlah, kaca) jatuh pada permukaan medium yang kurang rapat secara optis (katakanlah, udara).Dengan memperbesar sudut datang θ, dapat dicapai suatu keadaan yang sinar refraksinya mengarah sepanjang permukaan batas, sudut refraksinya 90°. Untuk sudut datang yang lebih besar dari sudut kritis θc ini, tidak ada sinar refraksi yang terjadi.Fenomena ini disebut sebagai refraksi internal total. Sudut kritis dapat diperoleh dari hukum refraksi dengan mengambil θ2=90°:
Untuk kaca dan udara sin θc = (1,00/1,50) = 0,667, yang memberikan θc = 41,8°. Refleksi internal total tidak akan terjadi apabila cahaya datang dari medium dengan indeks refraksi yang lebih rendah.
(Halliday, 1978 : 619 - 620)


DAFTAR PUSTAKA
Halliday, David dan Resnick, Robert. 1978. Fisika Jilid 2 Edisi ketiga (terjemahan). Jakarta : Erlangga
Herman, asisten LFD. 2015. Penuntun Praktikum Fisika Dasar 2. Makasar : Unit Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA UNM
Tipler, Paul. 2001. Fisika Sains dan Teknik. Jakarta : Erlangga
Young, Hugh D, dkk. 2003. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid II. Jakarta : Erlangga

Related Posts:

Dasar Teori Hukum Ohm

Menurut Soedjojo (1986) sebuah rangkaian terjadi karena sebuah penghantar mampu dialiri elektron bebas secara terus-menerus.Aliran yang terus-menerus ini disebut dengan arus dan sering disebut juga dengan aliran. Arus dapat timbul karena adanya beda potensial diantara kedua ujung. Hubungan antara arus,hambatan dan tegangan arus disebut dengan hukum ohm. Ditemukan oleh George Simon Ohm ,prinsip hukum yang ditemukan olehnya ini adalah besarnya arus listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar logam pada rangkaian ohm menentukan sebuah persamaan yang simpel menjelaskan hubungan antara tegangan arus dan hambatan yang saling berhubungan.

E = I.R
I = E/R, R=I/E
Keterangan : 
I = arus listrik
R = hambatan
E = tegangan
(Soedjojo,1986)

Bunyi hukum ohm secara garis besar ada 2 yaitu :
  1. Besarnya arus listrik yang mengalir sebanding dengan besarnya beda potensial (tegangan). Untuk sementara beda potensial dan tegangan dianggap sama walaupun secara konsep sebenarnya berbeda,secara sistematika ditulis I~V. untuk menghilangkan n keseimbangan maka memerlukan sebuah konstanta yang kemudian dikenal dengan istilah hambatan (R). sehingga persamaannya V=I.R
  2. Perbandingan antara tegangan merupakan suatu bilangan konstanta yang disebut hambatan listrik begitu juga dengan arus listrik. Secara sistematika ditulis dengan R=V/I. Keduanya menghasilkan persamaan yang sama. Fungsi utama hukum ohm adalah digunakan untuk mengetahui hubungan tegangan dan kuat arus serta dapat digunakan untuk menentukan suatu beban listrik tanpa menggunakan ohm meter. Kesimpulannya semakin besar sumber tegangan maka semakin besar arus yang dihasilkan (Sutrisno,1984). 

Hambatan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu panjang,luas dan jenis bahan. Hambatan berbanding lurus dengan panjang benda. Semakin panjang maka semakin besar hambatan suatu benda.Hambatan berbanding terbalik dengan luas penampang. Semakin besar luas penampangnya,hambatannya semakin besar. Tujuannya adalah untuk memperkecil hambatan sehingga bisa mengalir tegangannya.Hambatan berbanding lurus dengan jenis benda.Semakin besar hambatan jenis benda, maka hambatannya semakin besar pula. Pada persamaannya dapat dituliskan dengan 

R=ρ.L/A
Keterangan : 
ρ = hambatan jenis
L = panjang benda
A = luas penampang 
(Zemansky,1988).

Dalam praktikum ini pada masing-masing percobaan yaitu menentukan hambatan pada rangkaian seri maupun parallel menggunakan hambatan yang sama. Ini dengan kaitan hambatan inilah yang hasilnya nanti digunakan sebagai pembanding. Apakah pada rangkaian seri maupun parallel mempunyai hambatan yang sama atau justru berbeda. Inilah nanti yang akan diuji pada praktikum ini. Persamaan umum menentukan pengganti pada rangkaian seri adalah :
Rs=R1+R2+R3…+Rn
Sedangkan pada rangkaian parallel adalah :
1/Rs=1/R1 + 1/R2 + 1/R3 ... + 1/Rn 

Keterangan : 
R1= hambatan atau rangkaian pengganti
Rn= besar hambatan pengganti.

(Bueche,2006).

DAFTAR PUSTAKA 
Bueche, Frederick J.2006.Schaum Outline of Theory and Problems of College Physic.Jakarta:Erlangga.
Purwandari,Endhah.2013.Petunjuk Praktikum Fisika Dasar.Jember:Universitas Jember.
Sutrisno.1984.Seri Fisika Dasar.Bandung:ITB.
Soedjojo,Peter.1986.Azas-Azas Ilmu Fisika.Jogjakarta:Universitas Gadjah Mada.
Zemansky,Sears.1988.Fisika Dasar untuk Universitas.Jakarta:Bina Cipta.

Related Posts:

Dasar Teori Hukum Archimedes

Pengertian Massa Jenis Massa suatu benda adalah ukuran banyak zat yang terkandung dalam suatu benda.  Sedangkan massa jenis adalah besaran...